Rabu, 18 Mei 2011

Bertarung Menghadapi Kerasnya Kehidupan

"...Saya tidak akan pernah lupa dengan nasehat ini : Jangan pernah berharap hidup ini selalu berjalan penuh kemudahan , tapi berdoalah kepada Allah agar kita menjadi manusia yang kuat menghadapi kerasnya kehidupan." Dalam sepengggal pengalaman berikut ini saya menemukan kebenaran nasehat itu.


Ahad , 10 Februari 2008 saya menemani Mas Fatih putra ketiganya Pak Muntaham ,seorang Pengusaha Bahan Bangunan, mensurvey lokasi bukit kapur ke Sumenep tepatnya di Desa Bulaan ( ? ). Seperti yang nampak dalam foto di samping, bukit kapur yang ada dibelakang saya sudah digali sedemikan dalam oleh warga setempat. Mereka menggali bukit kapur tersebut lalu membuat potongan bukit kapur tersebut menjadi batu bata kapur putih yang biasa dipakai masyrakat madura untuk membangun tembok rumah.

Sungguh kunjungan saya ke lokasi bukit kapur ini menyiratkan banyak pelajaran :





Pertama : Betapa Allah menyediakanbanyak karunia bagi hambanya di Bumi ini. Sampai bukit kapur pun ternya ditakdirkan-Nya sebagai salah satu mata pencaharian. Kalau melihat lokasi penambangan batu kapur ini, maka awalnya kita akan berkesimpulan bahwa sumber mata pencaharian masyarakat disekitarnya terbatas pada melaut ( nelayan ), meladang ( petani ). Tetapi nyatanya Allah menyediakan sumber rezeki lain berupa bukit kapur yang bisa di tambang dan dibuat potongan potongan batu bata putih.

Kedua : Pekerja dilokasi bukit kapur ini ternyata sehari bisa menghasilkan 1000 potong batu bata putih. Menurut pengakuannya bersama seorang teman kerjanya yang lain, ia bisa menjual satu truk batu pata putih sebanyak 1500 biji dengan harga 275 ribu rupaih dan upah bersih yang diterimanya sebesar30 ribu rupiah sehari. Ya ia hanya mendapatkan 30 ribu rupiah sebab lokasi penambangan itu adalah milik majikannya.

Ketiga : Sopir Truk yang membeli batu bata putih seharga 275 ribu pertruk , kemudian menjual kepada masyarakat yang hendak membangun rumah sebesar 475 ribu rupiah .Sungguh harga sebesar itu sangat tidak sebanding dengan sulitnya medan yang harus dimasuki oleh truk itu belum lagi bensin dan 2 orang tenaga yang membantu mengangkat dan menurunkan batu bata tersebut.


....tetapi apa sesungguhnya yang menjelaskan kegigihan mereka bekerja dalam situasi upah yang begitu minim itu ?


Pertama : Keyakinan .Mereka percaya bahwa Allah menyediakan banyak sumber rezeki untuk menghidupi hamba-Nya .


Kedua : Harapan. Mereka punya istri dan anak tercinta yang harus dihidupi. Harus dicarikan biaya pendidkan , harus dicarikan biaya berobat ketika sakit , harus dicarikan biaya berekreasi untuk juga menikmati keindahan kehidupan. Ya harapan itu memberi energi untuk berjuang




Ketiga : Kegigihan Kerja . Saya bertanya kepada mereka jam berapa mereka mengakhiri kerja .Jam 5 sore nanti pak ? kata mereka .Ya itulah harga yang harus mereka bayar untuk dapat hidup secara layak . Mereka harus bekerja sejak pagi sekitar jam 7 untuk dapat memotong 1000 bija batu bata putih , lalu mengakhiri kerja jam 5 sore untuk sekedar mendapatkan upah 30 ribu sehari



Ust. Akhmad Arqom,
(Senior Trainer Trustco Surabaya, dan Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah DPW PKS Jawa Timur)

1 komentar:

  1. jazzakallah ustad arqom,
    yang selalu mengajarkan tentang keimanan, harapan dan kegigihan,,

    BalasHapus